Jumat, 09 Desember 2016

REVIEW BUKU: CANTIK ITU LUKA - EKA KURNIAWAN



Judul           : Cantik itu Luka (Beauty is a Wound)
Pengarang : Eka Kurniawan
Penerbit      : Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Halaman     : 496 lebar








Sinopsis:
Di akhir masa kolonial, seorang perempuan dipaksa menjadi pelacur. Kehidupan itu terus dijalaninya hingga ia memiliki tiga anak gadis yang kesemuanya cantik. Ketika mengandung anaknya yang keempat, ia berharap anak itu akan lahir buruk rupa. Itulah yang terjadi, meskipun secara ironik ia memberinya nama si Cantik.

Menurut saya novel Cantik Itu Luka adalah novel terbaik yang pernah saya baca! Ini bukan kalimat majas atau promosi, tapi novel ini benar-benar bacaan yang bagus sekaligus menarik. Dari novel ini pula saya mengagumi sosok Eka Kurniawan. Saya rasa beliau sangat berhasil menjerumuskan saya dalam dunia fiksi yang nyata. 

Menurut saya novel ini mengandung banyak pembelajaran seperti sejarah, filsafat, moral, dan hal penting lain yang akan ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. 

Dari segi cerita, saya sangat menyukai setiap konflik-konflik dan penyelesaian yang dibuat oleh penulis, seakan saya tidak tahu akhirnya akan seperti apa dan penyelesaiannya dilakukan bagaimana. Novel ini membuat saya lebih banyak berfikir! Ditambah alur yang di 'permainkan' oleh penulis membuat semua peristiwa dalam cerita menjadi kepingan yang harus disusun untuk mengetahui seluk beluk sampai dengan ujungnya. Karena cerita yang dikemas sedemikian unik dengan sentuhan kata yang tidak membosankan dan malah makin menggiurkan untuk meneruskan ke halaman-halaman berikutnya, saya jatuh penasaran sehingga dalam waktu yang singkat saya mampu menyelesaikannya.

Dari segi tokoh dan karakter, saya sangat menyukai setiap tokoh dan karakter yang diciptakan oleh penulis ( terlepas status mereka menjadi pelacur ). Seperti halnya Dewi Ayu yang saya gambarkan dengan sesosok wanita secantik-cantiknya dengan karakter tegas dan bebas, rasanya tokoh itu seperti sungguh ada didunia ini. Selanjutnya saat saya menggambarkan sosok anaknya, Alamanda yang dideskripsikan sangat-sangat-sangat cantik lalu ternyata tidak hanya sampai disitu saya juga harus membayangkan wajah cantik yang baru lagi dalam deskripsi penulis yang sangat detail ( tentunya itu memudahkan saya ). Tidak hanya wajah cantik, pria-pria tampan yang menjadi tokoh dalam cerita pun dibuat oleh penulis ditambah dengan karakter-karakter mereka yang tegas, bengis, dan sangat berkharisma. Dan yang paling berbeda adalah tokoh 'si Cantik' itu sendiri, tokoh dengan nama cantik namun wajahnya sangat berbanding terbalik, namun karakter si Cantik juga dibuat sangat kuat seperti Ibunya. 

Tadinya saya agak sedikit terkejut dengan kata-kata yang mungkin vulgar atau saya sempat bertanya "Apa kata seperti ini tidak apa-apa dimasukkan ke dalam sebuah novel?". Namun semakin saya larut dalam ceritanya saya tidak mempermasalahkan itu, karena menurut saya kata-kata itu memang mendukung penulis untuk menggambarkan suasana dan situasi. Mungkin beberapa orang akan risih atau beranggapan bahwa kata-kata tersebut tidak pantas dan tidak layak dan mungkin mereka juga akan menggangap bahwa penggambaran seks yang dijabarkan penulis disini sangat erotis dan mendalam. 

Namun hal tersebut tergantung sudut pandang pembaca masing-masing. Tetapi saya tidak 'mengambilnya' dengan konotasi negatif. Justru penggambaran seperti itu lah yang menghidupkan sebuah fiksi. 

Kata-kata yang saya masih ingat sekali dalam novel tersebut adalah.

"Semua perempuan itu pelacur, sebab seorang istri baik-baik pun menjual kemaluannya demi mas kawin dan uang belanja, atau cinta jika itu ada"

Buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan mendapat judul 'Beauty is a Wound' yang juga pernah dibahas di New York Times. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar