Rabu, 14 Desember 2016

PUISI: TUNGGU!

Tunggu,
Saya merasa ada yang keliru 

Saya merasa hujan rindu yang menggebu didalam dada hanya membuat luka menganga lebih rinci
Apa kamu disana juga dibanjiri perasaan ingin bertemu seperti ini?
Mengapa tidak ada hasrat dalam dirimu yang sedikit saja  berniat menghamipiri?
Mengapa saya merasa kamu yang jauh lama-lama menikmati perjalananmu sendiri mengejar mimpi tanpa tanda kembali?
Mengapa kamu tidak sekadar menegok kebelakang untuk melihatku yang susah payah mencari?
Mengapa kamu tidak sudi merampas detik-detik lambat di dalam nyata untuk menghargai ragaku yang mematung hari demi hari?

Saya tidak tahu kutukan macam apa yang sudah masuk melalui pori-pori
Apakah saya punya penyakit virus tingkat tinggi yang saya tulari?
Saya sebenarnya tidak tahu seberapa jijik raga saya saat ini
Saya sebenarnya seperempat tidak peduli
Karena dulu kamu juga tidak terlalu meributkan fisik saya harus sesempurna bidadari


Tapi,
Tunggu
Seperti ada yang belum saya sadari
Hingga suatu pagi saya ingat kamu yang dulu mengaku akan berada dalam hati, setia menemani
Nyatanya belum benar-benar terbukti

Saya mau waktu untuk bertemu
Sedangkan kamu mau waktu untuk berlabuh lebih jauh
Saya mau waktu untuk bertemu
Sedangkan kamu mau waktu untuk menyiksa saya yang menunggu sirnanya rindu
Saya mau waktu untuk bertemu
Sedangkan kamu mau waktu untuk bersama bahagia sendirimu
Saya mengerti itu, saya juga ingin waktu untuk bahagia sendiri tapi saya mau bahkan butuh waktu untuk bertemu
Sedangkan kamu mau waktu untuk bertemu dengan saya diulur lebih jauh lagi

Dan ketika waktu mengabulkan permintaan memaksa itu
Saya dan kamu bertemu
Dan saya mencintaimu lebih dalam lagi
Dan saya mencintaimu lebih dalam lagi seribu empat ratus kaki lebih tinggi dari saya jatuh cinta pertama kali

Saya ingin menyuruh waktu berhenti bekerja dulu
Saya ingin merasakan gemuruh hangat dalam dada yang tadinya berdebu

Saya gugup seperti hari ini adalah kencan pertama kali
Saya merasa rindu yang sudah lama bersarang dihati mulai pamit undur diri

Namun ketika kamu tersenyum samar
Dan berkata datar sambil melihat ke arah waktu yang berdetak parau
Kalimat itu bagai ujung terlancip sebuah pisau 
“Saya ingin pulang”

Saya tersentak
Dada saya terhenyak
Jiwa saya retak 
Hati saya rusak
Rindu memundurkan lagi langkahnya setapak-setapak
Dan mulai mengigiti ruh saya dengan tamak
Saya dicabuli rindu dalam keadaan berdiri, jantung saya semakin sesak karena terlalu malas mengambil nafas

Saya bertanya dalam hati
Bukankah kamu sudah pulang?
Apakah dengan melihatku hatimu tidak seperti mengetuk pintu?
Bukankah selama ini aku rumahmu?
Tempatmu berlabuh di pesisir kalbu dikala rindu berombak-ombak datang menyerang
Tempatmu berteduh dimusim sepi yang turun deras di bulan Juni
Tempatmu bersandar saat peluh di ufuk matamu menyimpulkan keluh kesah hidup ini

Oh 
Tunggu!
Apakah kamu menemukan rumah lain yang lebih nyaman dihuni?

Terimakasih telah sekadar singgah disini!
Selamat atas berjumpaan kita yang tidak akan pernah lagi terjadi!

Jkt
30 okt 2016
21.49
Anisa Yulicahyanti // icachayy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar