Sabtu, 24 Februari 2018

Curhat: Perihal seorang Teman

Malam,

Saya sudah lama sepertinya tidak blogging lagi mungkin disebabkan karena kesibukan saya mengikuti organisasi TV kampus ( yang menyita banyak waktu ) lalu hal-hal lain yang tidak terlalu penting. Kali ini saya akan bercerita mengenai teman saya dan pengalamannya yang buruk soal percintaan ( bukan berarti pengalaman saya jauh lebih baik ).

Sebut saja E( nama insial yang pasti sudah bisa ditebak jika kalian kenal betul dengan saya ), saya berteman dengannya sudah hampir delapan tahun. Saya sangat mengenalnya dengan baik juga teman lelakinya yang sangat ia sayang ini, sebut saja X.

Sudah hampir tiga tahun E menjalani hubungan pertemanan dengan X tentunya mustahil kalau mereka tidak merasakan jatuh cinta. Bahkan pernah dalam suatu buku yang saya baca, seorang pria dan wanita tidak mungkin dapat menjalani persahabatan secara murni ( artinya mungkin salahsatu atau bahkan keduanya punya perasaan ).

Saya tidak menyalahkan teman saya yang menaruh perasaan pada X ini karena saya yakin X juga mempunyai perasaan yang sama. Namun lama-kelamaan saya makin tidak setuju jika teman saya terus menjalin hubungan dengan X. Bukan karena X ini pernah melakukan kekerasan fisik pada E namun karena X telah melakukan kekerasan batin pada E.

Mungkin kalian bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan kekerasan batin? Menurut definisi saya kekerasan batin adalah perbuatan dimana seseorang telah melukai perasaan, mengganggu psikis, mengacaukan emosi, memperdaya, mengendalikan perbuatan orang lain secara sadar maupun tidak. Menurut saya itu bahkan lebih parah dengan kekerasan fisik karena cara jahat seperti itu membuat seseorang mati perlahan karena disiksa. Dan lebih parahnya lagi X melakukannya secara sadar.

Hal yang dilakukan X mungkin tidak dapat saya jelaskan dengan detail di sini karena ini merupakan media digital yang dapat diakses siapapun walaupun mungkin teman-teman saya sendiri tidak ada yang membaca tulisan ini. Yang jelas hal-hal yang dilakukan X ini membuat E jatuh hati namun ternyata X kedapatan berbohong - memanfaatkan kepercayaan E dan melakukannya lagi. Siklusnya terus menerus seperti itu. Walaupun mereka sering bertengkar hebat namun esokannya seperti tidak ada apa-apa yang terjadi.

Mula-mula X akan membuat E menjadi emosional, lalu mereka akan bertengkar hebat, E berjanji akan meninggalkan X karena sudah tidak tahan lagi, namun E kembali lagi memaafkan kesalahan X karena lebih tidak tahan jika tidak bersama X. Hal itu seperti siklus yang saya sudah hafal betul urutannya.

Tidak jarang saya melihat si E sakit karena masalah yang ditimbulkan X. Menghambur-hamburkan air matanya bahkan mungkin hampir tiap hari, matanya bengkak, nafsu makannya tidak dijaga, tidak tidur sampai pagi hari, yang lebih parahnya lagi sampai bolos kuliah. Saya yang waktu itu sedang menginap di kosan E marah ketika tahu teman saya tidak kuliah hanya karena lelaki sampah seperti itu. Jujur saya miris melihatnya sebagai perempuan yang mengemis-ngemis perasaannya pada seorang lelaki yang bahkan tidak peduli dengannya.

Lalu apakah saya diam saja melihat teman saya seperti itu ? Tentu saja tidak, saya sudah ribuan kali menasehati E, bahkan teman-teman dan keluarganya yang lain juga memberitahu kalau X ini bukan lelaki baik-baik yang bisa membuatnya bahagia. Bahkan tidak jarang saya memakinya dengan kata kasar agar ia sadar bahwa seharusnya ia meninggalkan lelaki brengsek itu. E hanya mengiyakan lalu mengulangnya lagi dikemudian hari. Hal itu membuat teman-temannya yang lain merasa tidak didengar bahkan lelah dengan sikapnya, sebagian bahkan tidak ingin mendengar keluhannya lagi.

Saya bahkan terkadang berfikir untuk mengunjungi X ( yang kebetulan satu kampus dengan saya ) dan memintanya untuk menjauhi teman saya selama-lamanya. Tapi saya bukan ada untuk mencampuri urusan mereka, saya yakin mereka juga sudah dewasa dan sama-sama tahu mana yang baik dan yang buruk. Saya hanya takut jika suatu hari E buta akan cinta dan menutup hal baik untuk dirinya dan membiarkan hal buruk masuk.

Sekarang ini yang saya bisa lakukan hanya menjadi pendengar yang baik untuk E dan mendoakan yang terbaik untuk dirinya ( saya juga mendoakan X karena saya tidak dapat membayangkan hal apa dapat dilakukannya untuk menebus kesalahan-kesalahannya ). Jika suatu hari X sudah bertindak kelewatan, saya akan jadi orang pertama yang menamparnya ( saya sendiri tidak percaya karena untuk marah saja saya kesulitan bagaimana mungkin menampar orang ). Mungkin jika polisi bisa menangani kekerasan batin saya sudah melaporkannya sekarang walaupun E tidak akan setuju.

( Note: Saya tidak ada maksud sama sekali untuk merendahkan E dengan sharing cerita seperti ini, saya hanya ingin menyampaikan untuk kalian yang membaca bahwa pengalaman teman saya bukanlah tolak ukur bahwa lelaki lebih berkuasa, sebagai seorang wanita saya tidak setuju kalau wanita disebut-sebut lemah dan tidak berdaya di mata lelaki. Bukankah lelaki yang tidak kuat untuk setia dan berjuang lebih lemah dari siapapun? )

CIAO!

Kamis, 22 Februari 2018

CERPEN: Surat dari Seorang Tukang Pos

Surat dari Seorang Tukang Pos
( Oleh: Anisa Yulicahyanti )

Seorang tukang pos lalu-lalang didepan rumahmu. Sirat matanya bermandikan cahaya keresahan mendalam. Amplop dengan perangko bunga teratai hampir diremuk tangannya yang geram. Lalu ketika akhirnya si tukang pos itu mengetuk-ngetuk pintu dengan telapak tangan yang hampir putus, dirimu membuka pintu sambil membuang tanaman kaktus yang akhir-akhir ini sering muncul dalam rumahmu ke tempat sampah. Lalu kau menemukan suratku yang berlumuran darah digenggaman si tukang pos. Darah segar itu terus menetes dan kau menyadari bahwa darah itu berasal dari tangan si tukang pos yang terbakar entah karena apa.
“ Kau terluka? “ dirimu bertanya untuk sekadar basa-basi pada orang baru yang tangannya hampir putus. Sedangkan si tukang pos hampir menumpahkan cairan tawa yang ada dalam perutnya.
“ Jelas, surat ini sangat menusukku “
Kau bertanya-tanya apa gerangan yang dapat dilakukan oleh sepucuk surat hingga si tukang pos terluka dengan daging yang mencuat dan baunya seperti daging rusa yang di masak istrinya pada malam natal ( walaupun kau tidak merayakan ). Sekilas kau mendapati orang dihadapanmu itu mirip dengan seseorang entah siapa dan kau samar-samar mengingatnya. Lalu kau mulai mengkhawatirkan lelaki berseragam biru muda dengan logo burung merpati di sebelah kanan kantung bajunya, mempersilahkan si tukang pos masuk ke rumahmu, dan menawarkan berbagai ramuan herbal yang dapat diracik istrimu untuk mengobati lukanya. Itu ciri khasmu dari dulu. Selalu mengkhawatirkan seseorang yang bahkan kau bahkan belum mengenalnya dengan baik. Itu baru satu dari sekian banyak hal yang kuingat dari berkas-berkas memori tentangmu.
Si tukang pos memberimu surat yang berlumuran darah, istrimu menyuguhkan kopi sambil membalut luka si tukang pos yang berceceran di lantai ruang tamu rumahmu. Kemudian istrimu kembali ke kamar karena malas berurusan dengan tamu dan kau mulai membuka amplop yang membungkus suratku dengan perlahan. Kau tidak ingin membiarkan kertas di dalamnya rusak barang setitik pun. Itu kebiasaanmu yang lainnya, bukan?
Kemudian kau mulai membaca suratku yang punya cetak basah dimana-mana. Sebagian karena terkena tetesan bocor dari atap rumahku, sebagian karena tumpahan kopi yang tidak sempat ku minum, dan mungkin beberapa dari saluran air mataku yang rusak. Tinta pulpen dari tulisan itu bahkan sudah membias kemana-mana menjadikan suratku tampak mustahil untuk dibaca oleh seorang ahli filologi sekalipun. Kecuali olehmu. Kamu akan mencari berbagai cara untuk menemukanku didalam tulisan yang tidak berbentuk itu. Itu juga ciri khasmu yang kuingat.
Dirimu tiba-tiba tersekat setelah berhasil menemukan kata-kata di balik bilik tembok perasaanku. Kamu menemukan dirimu kembali kemasa lalu. Kini kamu berada denganku di masa lalu. Di masa yang jauh lebih sempurna walau hanya duduk di pelataran kampus dan menunggu hujan reda. Lalu kita berbicara macam-macam hal. Lalu kau mendengar celotehan dariku dengan telinga yang lebih tajam dan mata yang lebih dalam. Ketika akhirnya kau menemukan diriku menyatakan cinta dalam diam saat suara-suara hujan menghalangi gendang telingamu. Kini kau menyadari hal itu.
Lalu saat hujan mulai bergeser ke barat dan langit dengan cepat memanaskan suhu, kau menemukan wajah si tukang pos yang tampak lebih muda melambaikan tangan ke arahku. Kau tahu itu adalah saat dimana aku harus pulang, kembali ke kenyataan, kembali ke pelukan lelaki yang bukan kau. Kau melihat diriku berjalan ke arah si tukang pos yang langsung merangkulku dengan sesak. Kau melihat diriku yang tersenyum sumringah ke arahmu dan menyadari kalau senyum itu adalah perasaan sedih yang ku simpan karena tidak mampu memilihmu.
Lalu gempa waktu terjadi, dirimu mendapati sedang membaca suratku dan menyadari bahwa tukang pos yang ada dihadapanmu adalah… ah kau bahkan tidak mau membayangkannya. Si tukang pos melangkah keluar dari rumahmu entah dalam hatinya merasakan apa. Lalu kau masuk kedalam kamarmu dan menemui istrimu yang duduk di meja rias sambil menyisir rambutnya, mengenakan piyama yang seharusnya menggugah selera lelaki untuk segera mencumbunya namun dirimu entah mengapa merasa mual, bahkan lebih parah dari orang hamil.
“ Ada apa ? Kau sudah lapar ? “ istrimu bertanya sambil terus menyisir rambutnya yang rontok.
“ Belum, aku ingin berpisah “ kau mengucapkan perpisahan kepada istrimu dengan sangat lancar seperti orang hamil yang tiba-tiba mengeluarkan bayi saat buang air.
“ Oh… “
“ Maksudku, kita selesai sampai disini dan aku ingin lepas darimu”
Kau mengucapkan kalimat yang bahkan kau tidak peduli apakah istrimu setelahnya akan sakit hati atau malah ingin mati. Entahlah saat ini kau hanya mengatakan apa yang hatimu inginkan bukan mengatakan kalimat manis untuk menyenangkan hati orang lain seperti yang biasanya kau ucapkan. Lalu kau pergi keluar rumah, masuk ke hutan, dan mencari alamatku dalam amplop yang masih kau pegang. Sedangkan istrimu masih menyisir rambutnya dan bertanya-tanya apakah kau telah mengetahui perselingkuhannya dengan pria penjual bunga yang sering mengiriminya tanaman kaktus.
Lalu kau sampai di sebuah rumah kecil yang masih memasang kotak surat di sebelah gerbang kayu. Namun kau tidak heran karena itu impianku daridulu. Ketika kau masuk kedalam, kau melihat si tukang pos yang menangis dalam hening dan menatapku terbaring dengan ribuan kertas yang entah isinya apa. Kau menduga-duga kalau itu adalah surat-surat yang belum dikirimkan oleh suamiku karena itulah pekerjaanya. Kau terduduk dan mulai mendekat ke arahku.
Aku merasakan desahan nafasmu yang lembut mengelus pipiku. Aku ingin sekali melihatmu tapi yang kulihat hanya gelap yang tidak ada habisnya. Aku ingin berbicara denganmu tentang macam-macam hal dan  tentang hal-hal yang belum sempat kutulis dalam kertas-kertasku atau tentang rencanaku untuk lari dari suamiku dan mengetuk rumahmu lalu tiba-tiba memelukmu.
“ Kenapa diam saja ? “ lalu tiba-tiba suara itu terdengar pilu berada dekat sekali dengan telingaku. Tidak. Aku tidak diam saja. Aku mencintaimu sungguh. Aku berteriak tapi mulutku tetap tertutup, aku tidak tahu siapa yang menguncinya.
“ Biasanya kau akan banyak bercerita denganku ” kini setetes air membasahi pipiku. Apa kau menangis? Kumohon jangan menangis. Aku tidak dapat mengusapnya. Tanganku seperti kesemutan dan tidak dapat bergerak sekarang.
“ Mengapa kau tidak mengatakannya dari dulu ? “ Aku selalu mengatakannya, di dalam hati. Aku takut suaraku tidak didengar olehmu. Atau aku takut menghadapi kenyataan kalau kau tidak merasakan hal yang sama.
“ Kau selalu berani mencoba banyak hal tapi takut di satu kesalahan yang sama ”
“ Aku mencintaimu “ lalu kalimat itu tiba-tiba membuatku lega. Menghempaskanku dalam awan-awan yang lembut seperti kapas. Gelap yang kutatap menjadi putih yang menghangatkan dan sesak didadaku seperti hilang ditelan suaramu. Kini sudah saatnya aku harus kembali dalam kenyataan.
Sambil menangis, dirimu memungut surat-surat yang tergeletak mengelilingiku. Kau menyadari surat-surat itu adalah kertas yang ku pakai untuk menuliskan rasaku yang tidak pernah ku kirim untukmu tiap harinya. Dan kau membawanya pulang kerumah setelah ku menghilang.
Dari kejauhan, aku dapat melihatmu membaca surat-suratku di ruang tamu sambil menceritakan kisah kita yang selesai bahkan saat belum sempat dimulai pada anak-anak kita yang belum sempat lahir.


Anisa Yulicahyanti 
Jakarta, 21 Februari 2018  

Minggu, 22 Oktober 2017

REVIEW: FILM PENGABDI SETAN


Hai, Bloggers!

Kali ini saya akan mereview salahsatu film horror dari Indonesia yang lagi booming di kancah perfilman tanah air.


                                                               PENGABDI SETAN


Pasti kalian semua sudah tidak asing lagi bukan? Film horor yang rilis pada 28 September 2017 ini disutradarai oleh Joko Anwar. Film ini berhasil menyita perhatian penonton dengan promosi lewat media sosial, salahsatunya adalah twitter. Dengan menyebarluaskan trailer, reaksi penonton saat menonton film, juga meme yang menghibur membuat publik penasaran untuk 'mencicipi' horor buatan lokal ini.

Film ini ternyata sudah ada sejak tahun 1980. Jadi bisa dibilang film ini di remake dan didekonstruksi dengan taste yang lebih kekinian.

Awalnya saya jarang bahkan hampir tidak pernah menonton horor lokal karena jujur saja walaupun saya penggemar film horror namun saya memberikan pengecualian untuk horror lokal. Saya bukan tidak menghargai film dari negeri sendiri tetapi saya sudah mengamati beberapa film horor dan sepertinya belum dapat bersaing dengan negara-negara lain seperti Thailand, Jepang, atau Amerika Serikat. Namun ketika banyaknya pembicaraan publik yang melabel Pengabdi Setan ini memiliki tingkat horor yang memacu adrenalin, saya pun ikut terbawa arus penasaran.

Dan setelah menonton film tersebut saya memang impress sekali dengan film 'Pengabdi Setan' ini, saya menyukai konsep dan ide ceritanya yang unik serta yang paling berkesan menurut saya adalah tata artistik ruang sangat diperhatikan dengan detail, rumah bernuansa 80-an divisualisasikan dengan sangat baik. Selain itu bahasa yang diucapkan para tokoh dibuat baku untuk menyesuaikan era pada zaman itu. Saya juga sangat menikmati sound effect yang dihadirkan dan biasanya menjadi salahsatu pengaruh besar dari kebanyakan film horrror.

Bagi kebanyakan orang film 'Pengabdi Setan' ini sukses membuat mereka bergidik ngeri karena tokoh Ibu yang diperankan oleh Ayu Laksi sangat pas dan juga sound yang diciptakan sangat mendukung. Hal itu tidak heran menjadikan banyak orang yang terkejut saat hantu Ibu disodorkan di muka layar. Namun bagi saya, film ini tidak begitu seram seperti yang dikatakan kebanyakan orang, bahkan tidak mengejutkan sama sekali. Mungkin karena mata saya sudah kebal menonton film seperti ini atau entahlah. But overall, saya sangat menikmati film buatan tanah air ini. Dengan plot yang bagus dan latar yang pas pula film ini dikemas dan disebarluaskan ke masyarakat dengan sangat baik.

 Sampai saat ini, film Pengabdi Setan berhasil menjadi film horor yang mencapai angka tertinggi untuk jumlah penontonnya se-Indonesia dan kabarnya Pengabdi Setan akan segera tayang di 17 negara lainnya termasuk Jepang, Polandia, Malaysia, Brazil, Argentina, dan negara-negara Amerika Latin lain. Watchout, Ibu datang!


Kamis, 13 Juli 2017

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI RUANG PUBLIK




                                  PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI RUANG PUBLIK
                                                                 Oleh: Anisa Yuli Cahyanti


Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi negara kita. Bahasa ini sudah menjadi bahasa pemersatu dan bahkan sudah tertuang dalam sebuah sumpah, yaitu sumpah pemuda. Bahwa kita memiliki bahasa yang satu dan yang memersatukan kita, yaitu Bahasa Indonesia.

Fungsi bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa telah berlangsung hingga saat ini. Keberhasilan bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu bangsa ditandai oleh kesedian seluruh bangsa Indonesia berbahasa Indonesia terutama dalam berkomunikasi dengan warga bangsa yang berbeda bahasa daerahnya.

Kondisi ini harus terus diupayakan keberlangsungannya karena akan menjadi indikasi keberhasilan kita mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia .Namun fungsi bahasa Indonesia sebagai pemersatu bangsa Indonesia ke depan akan menghadapi persoalan dengan kecenderungan semakin banyaknya orang Indonesia berbahasa asing, khususnya Inggris, terutama di kota-kota besar dan di lingkungan tertentu, untuk mendukung kegiatan-kegiatan tertentu dalam kehidupan mereka. Memang pada aspek tertentu kecenderungan pemakaian bahasa asing akan mengantar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang modern melaui penyerapan nilai-nilai universal yang modern, terutama melalui ilmu pengetahuan dan teknologi dan nilai-nilai modern terutama kaitannya dengan demokrasi dan HAM.

Apalagi di ibukota ini, penggunaan bahasa Indonesia semakin menipis karena banyaknya penduduk yang masih menggunakan bahasa yang berbeda-beda. Sebagian dari warga Jakarta adalah pendatang jadi banyak warga yang masih menggunakan bahasa daerahnya untuk berinteraksi dengan sesama. Belum lagi beberapa orang juga merasa bahwa menggunakan bahasa asing seperti bahasa inggris lebih terlihat keren pada zaman sekarang ini.

Ada baiknya kita sebagai penutur asli tidak menghilangkan kemurian bahasa Indonesia dengan tetap melestarikan dan menjaganya dengan baik

Rabu, 01 Februari 2017

PUISI: CERITA TENTANG RASA

Kutuliskan kisah ini untuk mengembalikan kenangan manis antara aku dan rasa. 

  
Hari ini,
Tepat ketika berjuta waktu bergerak memutarbalikkan pagi,
Memindahkan siang pada masa sebelum hari ini
Menggeletakkan senja dalam kenangan yang dikemas rapih
Dan tak lupa menggantung bulan yang telentang di malam panjang
Aku berusaha memasang lagi kepingan detik yang kini hanya berupa potongan

Hari itu,
Keputusan samar datang dan berbisik padaku
Menyerahlah pada cinta yang begitu besar, katanya
Menyerahlah pada cinta yang akhirnya sia-sia tanpa sisa
Menyerahlah jika ia tidak kunjung menyerahkan cintanya

Menyerah sebelum nyawamu lemah
Menyerah sebelum kamu dinyatakan kalah
Mundurlah selangkah dan beberapa langkah lagi untuk menikmati pedih tanpa celah

Hari itu,
Aku tak tahu maknanya
Aku tak tahu artinya
Aku hanya menggangguk pada suara bisikan yang entah dari mana asalnya
Entah untuk apa tujuannya
Dan aku mengikutinya

Hari itu,
Aku berusaha melepaskan rasa yang tumbuh kuat dan menanamkannya ditempat yang berbeda
Rasa itu melemah
Ia tahu tempatnya bukan disana 
Ia ingin kembali 
Rasa itu membutuhkan cahaya matahari 
Atau sekedar rasa segar yang diberikan beberapa tetes embun pagi
Sedangkan ditempatnya sekarang, yang ia dapat hanya gersang disana sini
Membuat rasa itu menunduk sendu 
Aku tidak punya cukup cahaya matahari, aku malah tidak sengaja menumpahkan redup yang hampir padam dan berserakan 
Aku tidak punya cukup air yang menetes pada pagi, aku malah menjatuhkan banyak embun yang meluncur diambang mata dengan nada pilu

Rasa, apakah kini kamu tersiksa?
Karena kamu aku paksa berada ditempat dengan suhu dan tanah yang berbeda
Tolong tunggulah sebentar 
Kini satu-satunya usahaku menanam rasa adalah memupukkan benih kesabaran setiap detiknya
Memohon agar rasa bisa merasa dengan pekanya
Berharap agar rasa tidak jatuh pada batas kematiannya


Hari itu,
Hari itu tiba
Rasa yang kutanam ditempat berbeda tumbuh mekar seperti sebelumnya
Bahkan lebih lebat dari segala rasa yang pernah ku tanamkan dalam nyata
Rasa ini tumbuh kekar karena kesabaran yang tidak kenal lelah kutuangkan dalam potnya
Rasa ini menjadi dewasa 
Rasa ini sudah tidak perlu berpura-pura mencinta
Rasa sudah bisa merasa 
Rasa sudah bisa merasa cahaya matahari dan embun pagi di tempat yang berbeda

Rasa, bukankah kamu tumbuh dengan bahagia?
Ternyata tempat ini memberi kilau emas yang lebih pekat dari sebelumnya bukan?
Bukankah tempat ini terlalu nyaman untuk ditinggalkan?

Rasa, kalau kamu yakin akan seperti ini selama masa tak kunjung menutup mata
Aku rela mempertahankanmu ditempat ini

Rasa, aku berjanji akan membiarkanmu disini
Aku berjanji tidak akan mencabut akarmu lagi untuk yang kedua kali
Aku berjanji tidak akan memotong kelopakmu yang kini tak terhitung jumlahnya 
Aku berjanji tidak akan membiarkan rasa lain tumbuh lebih kekar daripada dirimu saat ini

Hari itu,
Cahaya matahari yang menyegarkan makin lama mendekat kemari
Tidak peduli ribuan peluh keringatku berserakan ditanah
Cahaya matahari kini makin jingga dengan semburat kuning keemasan yang berkilauan
Ragaku terasa terbakar 
Cahaya matahari mencoba memberi rasa sebuah ketenangan dengan semakin mendekat dan tidak menyisakan jarak
Cahaya membuat beberapa helai rasa kering dan sebentar lagi mungkin hangus 
Aku segera mendekap rasa erat
Jangan sampai rasa terbakar sampai ke akar
Biarlah aku yang tersiram panas cahaya ini
Biarlah kulitku tersengat oleh kejamnya lingkaran kehidupan ini



Tunggu rasa,
Cahaya matahari yang ingin melindungimu dan bahkan tidak rela meninggalkanmu itu sekarang terlihat menyilaukan bukan?
Bukankah sikapnya sedikit berlebihan?


Hari berikutnya,
Embun yang menetes diam-diam kini tidak segan untuk membanjiri 
Tidak peduli kini ia sudah menelan seperempat dari tubuhku
Embun yang jatuh dengan serakah itu tidak membiarkan tempat tersisa untuk udara
Mereka mengisi bagian bumi dengan diri sendiri
Embun kini seperti air pasang dari lautan samudra
Airnya beku dan lebih dingin dari salju
Kini ragaku makin kaku 
Rusuk-rusukku membatu seketika waktu
Rasa mulai menggigil hebat 
Rasa terbujur lemas dan tidak berdaya
Aku segera mengangkat rasa tinggi-tinggi 
Tidak peduli seluruh ragaku kini tercelup air embun yang membesar
Tidak peduli satu tarikan nafas yang berusaha kehilangan 
Asal bukan rasaku
Asal bukan rasaku

Rasa, ambilah detik untuk sekadar berfikir
Bukankah sekarang ini embun merawatmu dengan sedikit berlebihan?
Padahal beberapa tetes saja sudah menyejukkan bukan?

Hari-hari-hari-hari-hari-hari berikutnya

Rasa, kamu lihat kini ragaku?
Terbakar jadi abu oleh cahaya yang terlalu menyilaukan
Dan membeku jadi batu oleh embun yang menenggelamkan

Rasa, ragaku benar-benar tidak perlu dijaga bukan?
Tugasku hanya untuk membatumu tumbuh lebih mekar lagi dan lagi tiap harinya
Tidak peduli seberapa sering raga ini luka-luka
Yang penting rasaku tetap terjaga
Aku ingin menjadi sosok yang tidak ingkar janji
Aku ingin kamu tetap disini 
Ini keinginan terbesarmu bukan, rasa?
Menetap disini hingga kematian mengigitimu perlahan

Lagipula apa kau tahu? semua itu hanya alasan kecil jika dibandingkan dengan cintaku yang teramat besar 
Jika tidak mana mungkin aku mempertahankannya walau raga sakit dimana-mana?

Rasa, aku benar-benar tidak peduli lagi dengan diri sendiri
Karena tahukan kamu?
Kamu adalah satu-satunya harapan dan impianku selama ini

Rasa. Tumbuh ditempat sempurna. Mekar dan berwarna. Kekal ditelan masa. 

Hari yang lainnya,
Hari cepat sekali berganti 
Rasaku kini tidak terkalahkan
Satu-satunya rasa terbesar dimuka bumi 
Satu-satunya rasa yang paling mekar di antara semua rasa yang pernah dicicipi

Lihat keadaanku kini
Berbanding terbalik bukan dengan rasa yang kujaga?
Kenapa malaikat maut tak juga merangkulku?
Apa karena tampakku yang lebih buruk dari segala rupa di neraka?
Apa karena ragaku yang rusak karena terlalu banyak menjaga rasa?
Apa karena ia sudah merasa puas melihatku menderita di dunia?

Hari ini,
Hari ini tiba 
Hari dimana aku menulis kisahku dengan rasa yang ku jaga untuk terakhir kalinya
Ini pasti detik dimana akan mengantarkanku pada mati yang sempurna

Aku tahu itu
Aku tahu malaikat pencabut nyawaku adalah sosok yang selalu ku bangga sepanjang usia

Rasa,
Kamu kini tumbuh mekar mencakar langit-langit senja
Menciptakan guratan luka pada awan yang berarak 
Menumbuhkan helaian lebat yang menyesakkan rasa-rasa lain disekitarmu
Merubuhkan semua ranting tempat kamu dulu dibesarkan
Harum bungamu terlalu mencekat
Kumpulan lebah yang mendekat mati tanpa nafas bersekat

Rasa menatapku haru
“Aku mencintaimu”
Kalimat itu membulat diujung putik sarimu
Kalimat itu keluar begitu saja


Tentu saja
Aku tahu itu
Rasa juga akan selalu mencintaiku
Tapi aku rasa ini agak sedikit berlebihan
Makin lama rasa mendekat dan makin sesak nafas yang kubuat

Rasa mengucapkan terimakasih dan memelukku erat
Rasa membelit tubuhku dengan akar dan helaian daunnya
Rantingnya yang berduri menusuk-nusuk hingga darah mengalir deras kemana-mana
Aku tahu ia sedang memelukku, tapi apakah ia tidak menyadari aku ini hanya tinggal wujud ampas tanpa angan
Yang sekali disentuh akan hilang
Rasa, kamu mungkin sedikit berlebihan

1
2
3
Mati.

Matiku tiba
Aku mati rasa dan aku melihatmu merangkulku menuju dimensi lain, mungkin dunia yang berbeda

Rasa, malaikat mautku
Kini setelah mati aku belajar banyak dari kisah kehidupanku 

Aku belajar begitu pentingnya mencintai dengan secukupnya
Dan begitu kejamnya mencintai dengan seutuhnya, segenap raga, seluruh jiwa, merela sebuah nyawa, mendamba sepenuh luka

Aku belajar 
Aku belajar bahwa cinta sudah indah dengan setetes saja
Tidak perlu melimpah dan bertumpah ruah

Karena cinta yang berlebihan akan membawamu pada kepedihan yang menyesakkan
Karena jika kamu terlalu mencintai sesuatu yang menjadi keinginanmu ia akan menjadi sesuatu yang justru merangkulmu menuju jurang kematian 
Karena jika kamu terlalu mencintai dengan berlebihan kamu akan selalu merasa kekurangan dan mencintai lebih dalam lagi lebih dalam lagi dan hingga kehidupan lelah menjadi batas diantara dunia angan dan nyatamu

Rasa,
Percayalah ilmu ini akan sangat berguna
Untuk generasi rasa berikutnya
Untuk generasi rasa yang banyak bercinta dengan porsi yang berlebihan


Rasa,
Hari ini aku belajar
Dan hari ini juga aku melupakan
Dan mungkin belajar melupakan
Karena untuk apa aku menyadari semua kesalahan yang tidak dapat lagi kuperbaiki

Ini sudah terlalu terlambat
Kehidupan sudah padam
Aku sudah ada di kematian dan baru belajar sedikit dari kehidupan

Itulah manusia 
Bernapas tersengal-sengal oleh penyesalan

Rasa,
Terimakasih pernah mencinta dengan sempurna
Denganmu kujalani hidup sedikit lebih berwarna dari kelabu sebelumnya

--

Tengah malam menuju pagi,
Didimensi menuju ruang impi,
Tanggal dua puluh enam november dua ribu enam belas

-ANISA YULI CAHYANTI-

Jumat, 13 Januari 2017

KNOWLEDGE: Apakah komunis itu ateis?

Apakah komunis itu ateis?

Pertanyaan terkait:
Kenapa ateis sering dicap komunis?
Jawaban:
Ateisme tidak sama dengan komunisme. Ateisme adalah ketidakpercayaan terhadap keberadaan Tuhan dalam hal ini Tuhan personal, Sang Maha Pencipta, dan Maha Berkehendak. Sementara komunisme adalah ideologi ekonomi politik.
Oleh karena itu, tidak semua ateis adalah komunis dan tidak semua komunis adalah ateis. Seorang ateis bisa saja memiliki pandangan liberal, sekuler, kapitalis, atau juga komunis. Sementara itu, walaupun mungkin sebagian besar komunis adalah ateis, ada banyak orang beragama atau teis yang menganut komunisme sebagai ideologi ekonomi politiknya, di Indonesia contoh yang terkenal adalah Haji Misbach, sementara di India komunisme bukan hanya dirangkul, tetapi juga dipimpin oleh muslim, sementara di Amerika Latin, komunisme/marxisme mempengaruhi ajaran Katolik sehingga terbentuklah Teologi Pembebasan.
Komunisme adalah paham yang menolak kepemilikan barang pribadi dan beranggapan bahwa semua barang produksi harus menjadi milik bersama. Ini bertujuan agar tidak ada hirarki buruh-pemilik modal karena sistem kapitalis cenderung mengeksploitasi manusia. Komunisme memiliki keberpihakan yang sangat tinggi terhadap rakyat miskin, yang disebut sebagai proletar, dan menolak kapitalisme yang dianggapnya adalah penghisapan manusia atas manusia. Itulah kenapa PKI pada masanya mampu menjadi partai terbesar ketiga di Indonesia. Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah rakyat miskin di negara yang baru lepas dari penjajahan mendukungnya, dan itu sama sekali tidak berhubungan dengan ateisme.
Salah satu penyebab dihubung-hubungkannya ateisme dengan komunisme, mungkin adalah kata-kata Karl Marx, “Agama adalah candu bagi massa rakyat.” Hal lain yang sering diingat adalah syair lagu Internationale–lagu mars komunis internasional–yang berbunyi, “Tiada maha-juru-s’lamat/Tidak Tuhan atau raja.” Kesan bahwa komunisme itu bukan hanya ateis tapi juga anti-teis bisa jadi disebabkan tindakan represif terhadap kehidupan beragama yang banyak terjadi di negara-negara komunis. Namun demikian, perlu diingat, pemberangusan di negara komunis bukan hanya ditujukan pada kelompok agama, melainkan juga pada kelompok liberal, pendukung demokrasi multipartai, serta kaum oposisi dan pembangkang.
Anti-teis dan ateis tidak tepat disandangkan pada komunisme/marxisme. Yang lebih tepat sebetulnya adalah bahwa komunisme/marxisme anti agama. Lebih tepat lagi, anti struktur kekuasaan agama yang sengaja dipelihara disamping kekuasaan raja untuk melemahkan daya kritis dan daya juang rakyat melawan tirani. Persisnya yang dilawan oleh komunisme adalah struktur kekuasaan agama dalam pemerintahan dan kehidupan politik sebagai alat kontrol (melalui mekanisme obat bius/candu pengurang rasa sakit bagi penderitaan dan kemiskinan) rakyat.
Di Indonesia, cap ateis pada komunis dan sebaliknya adalah hasil dari propaganda rejim Orde Baru yang ingin melenyapkan partai besar dan jutaan pendukungnya tersebut secara instan dan dalam jangka panjang. Guna mendapatkan dukungan kelompok agama, maka rejim Orde Baru mempropagandakan bahwa komunis adalah ateis, musuh agama, sehingga mereka harus diberantas dari bumi Indonesia. Lebih dari satu juta orang dibunuh, jutaan lainnya dirampas harta benda dan hak-hak sipilnya, dipenjara tanpa pengadilan, dibuang ke Pulau Buru akibat kampanye antikomunis di tahun 60-an ini.
Tan Malaka atau Haji Misbach beragama.
Tan Malaka adalah muslim yang saleh. Tan malaka adalah anggota Partai Sarekat Islam, dan sebagian anggota partai ini berpaham komunis, termasuk juga Semaun dan Tan Malaka, karena itu kelompok ini biasa disebut Sarekat Islam Merah. Sebagaimana Semaun, Tan Malaka pun juga muslim yang taat melakukan solat lima waktu, membaca alqur’an hampir tiap hari (dia kecilnya dipesantren, bukankah dia asli Padang yang secara tradisi adalah penganut islam yang taat?). Juga jangan lupakan Haji Misbach, seorang kyai komunis dari Surakarta, juragan batik sukses yang menguasai ilmu tafsir alqur’an dan kitab kitab kuning. Jadi islam dan komunis bisa dianut sekaligus oleh satu orang, karena sejatinya memang tidak bertentangan.


Source: https://andabertanyaateismenjawab.wordpress.com/2012/10/14/apakah-komunis-itu-ateis/

Senin, 02 Januari 2017

CURHAT: Positive Vibes


Siang, readers!

Hari ini saya bangun dalam keadaan lega, seperti ada yang mencabut beban-beban saya selagi tertidur tadi pagi ( saya tidur sekitar jam 3 ). Saya juga tidak tahu benar kenapa saya merasa seperti 'bebas' karena sebetulnya masih banyak beban ( sebagian berasal dari tumpukan tugas ).

Mungkin karena tadi malam saya banyak meluangkan waktu untuk bercerita tentang beberapa hal dan konflik yang terjadi pada salahsatu teman saya. Ia bersedia meluangkan waktu untuk mendengarkan saya cerita dan saran yang diusulkan juga cukup masuk akal. Saya selalu senang dapat bertukar fikiran dengan lawan jenis karena dengan begitu saya paham betul cara mereka menyelesaikan masalah dengan sudut pandang yang berbeda.

Setelah itu, karena belum mengantuk saya melanjutkan untuk twitter-ing. Satu-satunya media sosial yang membuat saya merasa nyaman dan masih aktif sampai sekarang memang twitter ( belum lama ini saya meng-uninstall path dan instagram saya ). Memang sudah tidak banyak orang yang menggunakannya dan beralih ke media sosial lain yang jauh lebih tenar. Mungkin di zaman secanggih ini pengguna twitter dapat dibilang jadul atau kuno. Tapi saya tidak terlalu mempedulikan hal tersebut. Toh saya masih sangat menyukainya!

Saat waktu menunjukkan pukul dua pagi. Tiba-tiba saya menerima notifikasi, Saya berfikir, siapa yang masih aktif di twitter saat jam rawan seperti ini. Saat saya buka ternyata sebuah mention datang dari guru les saya sewaktu saya masih di bangku SMP. Saya biasa memanggilnya BM ( singkatan dari namanya ).

Lo kenapa sih Non, lagi jatuh cinta tapi gak di reply sama doi? wkwk

Sontak saya terkejut. Saya memang sedang jatuh cinta tapi dengan orang yang sama. Pacar saya tentunya. Dan menurut saya memang perasaan saya tidak mendapat respon yang memuaskan dari si 'dia' ini.

Sebenarnya saya tahu BM ini punya semacam keahlian membaca fikiran orang. Saya dan teman-teman saya saat di tempat les dulu sering berkonsultasi masalah kehidupan dibandingkan dengan pelajaran ( karena cara mengajarnya menurut saya kurang menarik! ).

Saya salahsatu murid yang dekat dengannya waktu itu karena menurut saya kemampuan membaca fikiran seperti itu sangat langka dan saya bisa belajar dari kehidupan saya. Misalnya mengoreksi jika sikap saya kurang baik dan memberikan semangat tersendiri untuk berubah jadi pribadi yang baik. Seperti misalnya saat sedang di 'baca' saya seperti kagum dengan hasilnya yang sangat sesuai dengan kenyataan.

Namun saya tidak mengira ia akan membaca fikiran saya hanya melalui tweet yang bahkan tidak saya tunjukkan untuk pacar saya. Setelah itu saya membalas mention-nya

BM yaampun apa kabar? udah lama gak di 'baca' mau konsul dong!

Tidak lama saya mendapat balasan lainnya

Ngapain "dibaca" coba??? Kan udah! Doi ga respon tuh! Cari yg laen!!!

Jual mahal dikit sie boleh2 aja non.. Tapi apa yg kau lakukan udah kelewatan. Tuh cowo ogah dan gak PD tuk deketin..

JLEB! Saya menelan ludah karena baru sadar telah dibaca berlebihan di twitter. Setelah itu saya pun melanjutkan obrolan di line ( BM menyuruh saya untuk menginvite id linenya )

Setelah meminta foto pacar saya, tanpa saya bercerita, ia sudah tahu pokok permasalahannya. Saya terkejut untuk yang beberapa kalinya.

Kau tahu apa yang membuat dia bahagia? Dia suka berkumpul dengan sobatnya dan keluarganya dan kau tidak diperbolehkan masuk terlalu dalam ke lingkungannya

Ah iya! Itu benar-benar realistis dan masuk akal. Selama ini ia memang sosok teman yang asik dan pandai bergaul juga sosok anak yang penyayang juga dekat dengan keluarga. Dan tidak diperbolehkan masuk terlalu dalam ke lingkungannya? itu benar sekali!

O ya kamu juga harus paham tentang dirimu ya!

Aku kenapa bang? wkwk

Kamu harus paham tentang dirimu itu terlalu minta diperhatikan sama cowokmu kadang-kadang!

YAHAHA emang lah!

Kamu tau gak kamu terlalu dominan, terlalu suka mengendalikan, terlalu suka berkuasa! Cinta kalo dikendalikan akan pergi

Bukannya aku terlalu banyak ngalah ya bang?

Kamu gak ngalah inger dia itu tipenya bosenan, apa yang dia lakuin tergantung moodnya. Dia gakbisa selalu perhatian dan berada disisimu. So, kalo kamu masih mau sama dia. Ya kamu harus paham tentang kebiasaan dia yang sering kumpul sama temen-temennya itu.

JLEB!

Saya benar-benar tidak sadar, apa benar selama ini saya yang terlalu dominan? apa benar saya terlalu suka mengendalikan? apa benar saya terlalu suka berkuasa?

Tapi sebenarnya kalau difikir-fikir ada benarnya juga. Saya selalu melihat dari sudut pandang saya sendiri. Dan saya memang tidak terima jika saya yang harus disalahkan karena saya merasa apa yang saya lakukan benar.

BM juga menyarankan saat pacar saya sedang asik dengan teman-temannya, saya juga harus meluangkan waktu misalnya bersama sahabat lelaki saya. Ia bilang pacar saya akan cemburu sekali walau jarang diperlihatkan, Tapi saya tidak akan tega membalas hal seperti itu. Hal itu hanya akan menambah rasa cemas saya karena bersalah. Lagipula juga sahabat lelaki saya sudah banyak yang meninggalkan karena ternyata mereka menanam rasa sayang yang saya tidak saya balas.

Selain itu BM juga menyarankan untuk mengambil hati keluarga pacar saya jika ingin memiliki hatinya yang utuh.

Saya juga bertanya apakah pacar saya masih menyimpan sayang untuk saya.

Cowok itu masih sayang hanya saja suasana hatinya tergantung kondisi lingkungannya.
Sekarang tergantung dirimu ajadeh semuanya udah kuberitahu ya tentang cowok itu.

Setelah konsultasi itu selesai saya merasa lega, Saya lebih berfikir positif untuk memberikan waktu untuk pacar saya. Mungkin ia tidak ingin bertemu dengan saya karena saat ini moodnya hanya ingin berkumpul bersama teman dan keluarganya. Saya mungkin butuh waktu lebih lama untuk menunggu. Tapi saya sudah memutuskan untuk tetap melanjutkan hubungan ini juga melanjutkan rasa sayang ini seterusnya. Saya merasa beban yang selama ini saya pendam terangkat sedikit demi sedikit. Saya sebenarnya tidak ingin memendam sesuatu lagi, atau bersikap tertutup dari pacar saya. Namun terkadang sikapnya yang juga tertutup dan responnya yang tidak memuaskan membuat saya jadi malas untuk mengungkapkan isi hati saya.


OK.