Jumat, 13 Januari 2017

KNOWLEDGE: Apakah komunis itu ateis?

Apakah komunis itu ateis?

Pertanyaan terkait:
Kenapa ateis sering dicap komunis?
Jawaban:
Ateisme tidak sama dengan komunisme. Ateisme adalah ketidakpercayaan terhadap keberadaan Tuhan dalam hal ini Tuhan personal, Sang Maha Pencipta, dan Maha Berkehendak. Sementara komunisme adalah ideologi ekonomi politik.
Oleh karena itu, tidak semua ateis adalah komunis dan tidak semua komunis adalah ateis. Seorang ateis bisa saja memiliki pandangan liberal, sekuler, kapitalis, atau juga komunis. Sementara itu, walaupun mungkin sebagian besar komunis adalah ateis, ada banyak orang beragama atau teis yang menganut komunisme sebagai ideologi ekonomi politiknya, di Indonesia contoh yang terkenal adalah Haji Misbach, sementara di India komunisme bukan hanya dirangkul, tetapi juga dipimpin oleh muslim, sementara di Amerika Latin, komunisme/marxisme mempengaruhi ajaran Katolik sehingga terbentuklah Teologi Pembebasan.
Komunisme adalah paham yang menolak kepemilikan barang pribadi dan beranggapan bahwa semua barang produksi harus menjadi milik bersama. Ini bertujuan agar tidak ada hirarki buruh-pemilik modal karena sistem kapitalis cenderung mengeksploitasi manusia. Komunisme memiliki keberpihakan yang sangat tinggi terhadap rakyat miskin, yang disebut sebagai proletar, dan menolak kapitalisme yang dianggapnya adalah penghisapan manusia atas manusia. Itulah kenapa PKI pada masanya mampu menjadi partai terbesar ketiga di Indonesia. Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah rakyat miskin di negara yang baru lepas dari penjajahan mendukungnya, dan itu sama sekali tidak berhubungan dengan ateisme.
Salah satu penyebab dihubung-hubungkannya ateisme dengan komunisme, mungkin adalah kata-kata Karl Marx, “Agama adalah candu bagi massa rakyat.” Hal lain yang sering diingat adalah syair lagu Internationale–lagu mars komunis internasional–yang berbunyi, “Tiada maha-juru-s’lamat/Tidak Tuhan atau raja.” Kesan bahwa komunisme itu bukan hanya ateis tapi juga anti-teis bisa jadi disebabkan tindakan represif terhadap kehidupan beragama yang banyak terjadi di negara-negara komunis. Namun demikian, perlu diingat, pemberangusan di negara komunis bukan hanya ditujukan pada kelompok agama, melainkan juga pada kelompok liberal, pendukung demokrasi multipartai, serta kaum oposisi dan pembangkang.
Anti-teis dan ateis tidak tepat disandangkan pada komunisme/marxisme. Yang lebih tepat sebetulnya adalah bahwa komunisme/marxisme anti agama. Lebih tepat lagi, anti struktur kekuasaan agama yang sengaja dipelihara disamping kekuasaan raja untuk melemahkan daya kritis dan daya juang rakyat melawan tirani. Persisnya yang dilawan oleh komunisme adalah struktur kekuasaan agama dalam pemerintahan dan kehidupan politik sebagai alat kontrol (melalui mekanisme obat bius/candu pengurang rasa sakit bagi penderitaan dan kemiskinan) rakyat.
Di Indonesia, cap ateis pada komunis dan sebaliknya adalah hasil dari propaganda rejim Orde Baru yang ingin melenyapkan partai besar dan jutaan pendukungnya tersebut secara instan dan dalam jangka panjang. Guna mendapatkan dukungan kelompok agama, maka rejim Orde Baru mempropagandakan bahwa komunis adalah ateis, musuh agama, sehingga mereka harus diberantas dari bumi Indonesia. Lebih dari satu juta orang dibunuh, jutaan lainnya dirampas harta benda dan hak-hak sipilnya, dipenjara tanpa pengadilan, dibuang ke Pulau Buru akibat kampanye antikomunis di tahun 60-an ini.
Tan Malaka atau Haji Misbach beragama.
Tan Malaka adalah muslim yang saleh. Tan malaka adalah anggota Partai Sarekat Islam, dan sebagian anggota partai ini berpaham komunis, termasuk juga Semaun dan Tan Malaka, karena itu kelompok ini biasa disebut Sarekat Islam Merah. Sebagaimana Semaun, Tan Malaka pun juga muslim yang taat melakukan solat lima waktu, membaca alqur’an hampir tiap hari (dia kecilnya dipesantren, bukankah dia asli Padang yang secara tradisi adalah penganut islam yang taat?). Juga jangan lupakan Haji Misbach, seorang kyai komunis dari Surakarta, juragan batik sukses yang menguasai ilmu tafsir alqur’an dan kitab kitab kuning. Jadi islam dan komunis bisa dianut sekaligus oleh satu orang, karena sejatinya memang tidak bertentangan.


Source: https://andabertanyaateismenjawab.wordpress.com/2012/10/14/apakah-komunis-itu-ateis/

Senin, 02 Januari 2017

CURHAT: Positive Vibes


Siang, readers!

Hari ini saya bangun dalam keadaan lega, seperti ada yang mencabut beban-beban saya selagi tertidur tadi pagi ( saya tidur sekitar jam 3 ). Saya juga tidak tahu benar kenapa saya merasa seperti 'bebas' karena sebetulnya masih banyak beban ( sebagian berasal dari tumpukan tugas ).

Mungkin karena tadi malam saya banyak meluangkan waktu untuk bercerita tentang beberapa hal dan konflik yang terjadi pada salahsatu teman saya. Ia bersedia meluangkan waktu untuk mendengarkan saya cerita dan saran yang diusulkan juga cukup masuk akal. Saya selalu senang dapat bertukar fikiran dengan lawan jenis karena dengan begitu saya paham betul cara mereka menyelesaikan masalah dengan sudut pandang yang berbeda.

Setelah itu, karena belum mengantuk saya melanjutkan untuk twitter-ing. Satu-satunya media sosial yang membuat saya merasa nyaman dan masih aktif sampai sekarang memang twitter ( belum lama ini saya meng-uninstall path dan instagram saya ). Memang sudah tidak banyak orang yang menggunakannya dan beralih ke media sosial lain yang jauh lebih tenar. Mungkin di zaman secanggih ini pengguna twitter dapat dibilang jadul atau kuno. Tapi saya tidak terlalu mempedulikan hal tersebut. Toh saya masih sangat menyukainya!

Saat waktu menunjukkan pukul dua pagi. Tiba-tiba saya menerima notifikasi, Saya berfikir, siapa yang masih aktif di twitter saat jam rawan seperti ini. Saat saya buka ternyata sebuah mention datang dari guru les saya sewaktu saya masih di bangku SMP. Saya biasa memanggilnya BM ( singkatan dari namanya ).

Lo kenapa sih Non, lagi jatuh cinta tapi gak di reply sama doi? wkwk

Sontak saya terkejut. Saya memang sedang jatuh cinta tapi dengan orang yang sama. Pacar saya tentunya. Dan menurut saya memang perasaan saya tidak mendapat respon yang memuaskan dari si 'dia' ini.

Sebenarnya saya tahu BM ini punya semacam keahlian membaca fikiran orang. Saya dan teman-teman saya saat di tempat les dulu sering berkonsultasi masalah kehidupan dibandingkan dengan pelajaran ( karena cara mengajarnya menurut saya kurang menarik! ).

Saya salahsatu murid yang dekat dengannya waktu itu karena menurut saya kemampuan membaca fikiran seperti itu sangat langka dan saya bisa belajar dari kehidupan saya. Misalnya mengoreksi jika sikap saya kurang baik dan memberikan semangat tersendiri untuk berubah jadi pribadi yang baik. Seperti misalnya saat sedang di 'baca' saya seperti kagum dengan hasilnya yang sangat sesuai dengan kenyataan.

Namun saya tidak mengira ia akan membaca fikiran saya hanya melalui tweet yang bahkan tidak saya tunjukkan untuk pacar saya. Setelah itu saya membalas mention-nya

BM yaampun apa kabar? udah lama gak di 'baca' mau konsul dong!

Tidak lama saya mendapat balasan lainnya

Ngapain "dibaca" coba??? Kan udah! Doi ga respon tuh! Cari yg laen!!!

Jual mahal dikit sie boleh2 aja non.. Tapi apa yg kau lakukan udah kelewatan. Tuh cowo ogah dan gak PD tuk deketin..

JLEB! Saya menelan ludah karena baru sadar telah dibaca berlebihan di twitter. Setelah itu saya pun melanjutkan obrolan di line ( BM menyuruh saya untuk menginvite id linenya )

Setelah meminta foto pacar saya, tanpa saya bercerita, ia sudah tahu pokok permasalahannya. Saya terkejut untuk yang beberapa kalinya.

Kau tahu apa yang membuat dia bahagia? Dia suka berkumpul dengan sobatnya dan keluarganya dan kau tidak diperbolehkan masuk terlalu dalam ke lingkungannya

Ah iya! Itu benar-benar realistis dan masuk akal. Selama ini ia memang sosok teman yang asik dan pandai bergaul juga sosok anak yang penyayang juga dekat dengan keluarga. Dan tidak diperbolehkan masuk terlalu dalam ke lingkungannya? itu benar sekali!

O ya kamu juga harus paham tentang dirimu ya!

Aku kenapa bang? wkwk

Kamu harus paham tentang dirimu itu terlalu minta diperhatikan sama cowokmu kadang-kadang!

YAHAHA emang lah!

Kamu tau gak kamu terlalu dominan, terlalu suka mengendalikan, terlalu suka berkuasa! Cinta kalo dikendalikan akan pergi

Bukannya aku terlalu banyak ngalah ya bang?

Kamu gak ngalah inger dia itu tipenya bosenan, apa yang dia lakuin tergantung moodnya. Dia gakbisa selalu perhatian dan berada disisimu. So, kalo kamu masih mau sama dia. Ya kamu harus paham tentang kebiasaan dia yang sering kumpul sama temen-temennya itu.

JLEB!

Saya benar-benar tidak sadar, apa benar selama ini saya yang terlalu dominan? apa benar saya terlalu suka mengendalikan? apa benar saya terlalu suka berkuasa?

Tapi sebenarnya kalau difikir-fikir ada benarnya juga. Saya selalu melihat dari sudut pandang saya sendiri. Dan saya memang tidak terima jika saya yang harus disalahkan karena saya merasa apa yang saya lakukan benar.

BM juga menyarankan saat pacar saya sedang asik dengan teman-temannya, saya juga harus meluangkan waktu misalnya bersama sahabat lelaki saya. Ia bilang pacar saya akan cemburu sekali walau jarang diperlihatkan, Tapi saya tidak akan tega membalas hal seperti itu. Hal itu hanya akan menambah rasa cemas saya karena bersalah. Lagipula juga sahabat lelaki saya sudah banyak yang meninggalkan karena ternyata mereka menanam rasa sayang yang saya tidak saya balas.

Selain itu BM juga menyarankan untuk mengambil hati keluarga pacar saya jika ingin memiliki hatinya yang utuh.

Saya juga bertanya apakah pacar saya masih menyimpan sayang untuk saya.

Cowok itu masih sayang hanya saja suasana hatinya tergantung kondisi lingkungannya.
Sekarang tergantung dirimu ajadeh semuanya udah kuberitahu ya tentang cowok itu.

Setelah konsultasi itu selesai saya merasa lega, Saya lebih berfikir positif untuk memberikan waktu untuk pacar saya. Mungkin ia tidak ingin bertemu dengan saya karena saat ini moodnya hanya ingin berkumpul bersama teman dan keluarganya. Saya mungkin butuh waktu lebih lama untuk menunggu. Tapi saya sudah memutuskan untuk tetap melanjutkan hubungan ini juga melanjutkan rasa sayang ini seterusnya. Saya merasa beban yang selama ini saya pendam terangkat sedikit demi sedikit. Saya sebenarnya tidak ingin memendam sesuatu lagi, atau bersikap tertutup dari pacar saya. Namun terkadang sikapnya yang juga tertutup dan responnya yang tidak memuaskan membuat saya jadi malas untuk mengungkapkan isi hati saya.


OK.